Komitmen Kelas Pondasi Budaya
Positif
Candraningratri
SD Insan
Amanah Malang
Awalnya
saya menganggap menumbuhkan budaya positif pada anak bisa dilakuan dengan
pemberian reward. Reward (ganjaran) biasanya saya berikan kepada siswa berupa
penghargaan yang membuat siswa senang seperti pujian, poin prestasi, kue, atau alat
tulis. Reward ini diberikan kepada siswa yang disiplin, bisa jadi teladan, dan mendapat
hasil yang baik dalam belajar. Tujuannya adalah agar anak senantiasa melakukan
pekerjaan yang baik dan terpuji.
Memang
benar terbukti dengan pemberian reward siswa berlomba-lomba bersikap baik dan
disiplin. Tetapi mereka melakukannya hanya untuk mendapat penghargaan tersebut.
Ketika tidak ada pengawasan guru, mereka tetap bersikap abai pada tugas dan tanggung
jawab. Hal ini menjadi tantangan bagi saya. “Bagaimana menumbuhkan motivasi
instrinsik pada siswa agar berbudaya positif.” Tentu saja tidak bisa secara
instan dibutuhkan komitmen. Melalui pembiasaan baik dilakukan secara konsisten
(istiqomah) hingga akhirnya menjadi budaya.
Yang
harus saya lakukan pertama adalah dengan mengembangkan visi yang ramah siswa.
Memberikan penghargaan pada siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengekspresikan pandangannya. Saya memberikan pertanyaan sebagai panduan. “Seperti
apakah kelas impian kalian?” Jawaban siswa sangat beragam, intinya mereka ingin
kelas yang nyaman, seru, dan pembelajarannya menyenangkan. Hal seperti ini lebih efektif dan membuat
murid merasa dilibatkan dalam mengatur kelas, dari pada terus memberi nasihat
tentang hal-hal yang dilarang.
Pertanyaan
saya lanjutkan dengan menanyakan harapan mereka pada kelas. “Anak-anak, menurut
kalian bgaimana mewujudkan kelas yang nyaman, seru dan menyenangkan?”. Mereka
ingin gurunya ramah, teman-temannya baik, tidak banyak tugas, belajarnya seru,
bisa sambil bermain. Semua jawaban saya tuliskan di slide presentasi. Dengan
ditulisnya pendapat mereka ini menjadi motivasi bagi siswa untuk berani
berpendapat, karena merasa dihargai.
Langkah
selanjutnya saya mengajak siswa berdiskusi tentang kesepakatan kelas. Guru
memandu diskusi hingga mendapat umpan balik dari siswa terkait aturan yang
dibuat oleh siswa. Tugas saya memastikan semua daftar diperlukan dalam
interaksi di kelas. Jika ada yang terlewat guru memandu siswa untuk menambahkan
kesepakatan lain. Saya juga mengarahkan siswa untuk menghapus kesepakatan yang
tidak terlalu dibutuhkan.
Selanjutnya saya buat poster kesepakatan kelas yang
disetujui. Saya juga membantu siswa untuk menuliskan kalimat yang menunjukkan
perilaku positif di poster. Misalnya siswa menyepakati kalau belajar tidak
boleh ramai, tidak boleh mematikan video, tidak sambil jalan-jalan. Saya
memandu siswa untuk merubah menjadi “Kami anak yang bersungguh-sungguh
belajar.” Kata bersungguh-sungguh belajar saya garis bawahi sebagai
penekanan sikap positif yang harus dimiliki siswa. Kesepakatan yang dibuat
sebaiknya tidak lebih dari 8 poin, sehingga memudahkan siswa untuk memahami dan
melaksanakan.
Poster kesepakatan yang sudah disetujui merupakan kontrak
kelas.agar semua siswa merasa memiliki saya mmberikan gambar /foto siswa,
karena kelas 1 belum bisa tanda tangan dan kondisi masih pandemi, belum
memungkinkan untuk melakukan cap tangan bersama. Saya share poster kesepakatan
kelas pada grup orang tua. Orang tua membantu untuk mencetak sehingga siswa
bisa menempel di tempat belajarnya.
Hal terpenting yang harus secara rutin dilakukan adalah,
melihat kembali bersama kesepakatan yang dibuat. Saya memandu siswa untuk
melakukan refleksi pada pelaksanaan kesepakatan. Saya menanyakan kepada
siswa,“anak-anak, apakah kita semua sudah melaksanakan kesepakatan ini? Siswa
saya pandu untuk menjawab dengan jujur. “Apakah ada yang harus kita rubah?”
semua siswa menjawab “tidak.” “Kalau begitu mari kita diskusikan apa yang
menjadikan sulit dilakukan!” seperti halnya proses belajar refleksi kontrak
kesepakatan sangat penting untuk memfasilitasi siswa membangun budaya positif
atas dorongan dalam diri mereka sendiri.
Alahamdulillah dengan membuat kontrak kesepakatan kelas.
Kita tidak perlu banyak memberi nasihat, kita tinggal mengingatkan kembali
kesepakatan yang sudah dibuat. Jika ada siswa yang tidak sesuai dengan
kesepakatan, bukan hanya guru, siswa lain juga bisa mengingatkan agar siswa
tersebut bisa kembali pada kesepakatan yang sudah dibuat. Tidak ada lagi siswa
yang meminta poin prestasi atau hadiah karena telah berbuat baik. Dengan
kesepakatan menumbuhkan motivasi instrinsik pada siswa untuk berperilaku sesuai
dengan budaya positif.
Komentar
Posting Komentar